Teman cewekku menjalin hubungan dengan suami orang. Pacarnya itu punya masalah dengan isterinya dan mencari cewek lain sebagai pelarian. Cowok itu hanya ingin menjadikan temanku ini sebagai obyek pemuasan nafsunya saja. Hanya sayangnya, temanku ngak peduli akan hal itu. Dia ngak peduli walaupun cuma digunakan untuk kepentingan cowok itu.
Temanku ngak mau putus karena kuatir ngak bakal mendapatkan pasangan hidup. Ketakutanlah yang membuat pilihan dan keputusannya menjadi tidak bebas. Dengan bertambahnya umur serta keinginannya untuk segera punya pacar, membuat keputusannya tidak lagi bebas dan berbuah yang baik, yang benar dan yang indah. Dalam hal ini, teman cewekku sebenarnya juga memanfaatkan atau menggunakan suami orang itu untuk kepentingan sendiri. Mereka saling menggunakan satu sama lain.
Ketika belajar TOB (Theology of the Body – St. Yohanes Paulus II) di TOBIT (Theology of the Body Insight), satu penjelasannya yang memberiku pencerahan yaitu, bahwa lawan dari mencintai itu ternyata bukan lah membenci, melainkan mengambil atau menggunakan. Manusia yang diciptakan segambar dan secitra dengan Allah dipanggil untuk memberi dan mencintai seperti Allah memberi dan mencintai juga. Saat kita mencintai haruslah secara bebas, total, setia dan berbuah, sebagaimana ungkapan cinta Allah kepada manusia yang memiliki ciri yang sama. Walau pun kita tidak selalu berhasil mengungkapkan cinta sebagaimana Allah mencintai, namun kita perlu terus mengasah batin kita untuk memiliki kepekaan akan hal itu dan meminta rahmat agar diberi kemampuan untuk mengungkapkan cinta yang benar sehingga buahnya adalah hal yang baik dan indah.
Dalam konteks relasi perselingkuhan temanku itu, jelas sekali kalo cowok itu tidak bebas . Pertama, karena dia berstatus sebagai suami orang. Kedua, karena cowok itu sudah ngak setia dengan isterinya bahkan terus melakukan perselingkuhannya. Ketiga, tentu saja relasi mereka tidak bisa total, karena ada pribadi ke tiga di antara mereka. Sedangkan temanku itu tak peduli lagi akan status suami orang yang melekat pada pacarnya itu. Artinya dia juga ngak bisa memberikan dirinya secara total, karena terhalang oleh status pernikahan pacarnya. Ditambah dia juga ngak bisa setia dalam relasi itu karena sampai sekarang masih terus berusaha mencari cowok lain yang lebih baik.
Buatku yang masih lajang, relasi semacam itu terlihat begitu membingungkan. Relasi yang kalo dilihat dari luar nampaknya sepertinya saling mencintai, namun sebenarnya mereka hanya saling memanfaatkan satu sama lain demi kepentingan diri masing-masing, terlebih temanku akan meninggalkan cowok beristeri itu bila ada cowok lajang yang bersedia menikahinya. Wuih, cinta…cinta… dimana kamu?
Kontributor: Agatha Tyowati, Alumni Advance Program 2012
Comments